Pages

Sabtu, 15 Oktober 2011

AGAMA PERSIJA


   Bagi  semua orang “Agama” adalah sebuah hal sakral yang wajib diyakini dan dijalankan perintahnya. Di Indonesia sendiri ada 6 agama yang diakui keberadaannya oleh pemerintah. Seperti yang kita sudah ketahui agama itu : Islam, Kristen (protestan), Hindu, Budha, Katholik, dan Konghucu. Tapi taukah anda ada satu agama yang mungkin aneh untuk anda dipahami, apa? Ya, “Agama Persija”.
Di Jakarta, “agama” itu bernama Persija. Penganutnya menamakan dirinya Jakmania.  The Jakmania adalah kelompok pendukung / supporter kesebelasan sepak bola Persija Jakarta yang berdiri sejak Ligina IV, tepatnya 19 Desember 1997. Markas dan sekretariat The Jakmania berada di Stadion Lebak Bulus. Setiap selasa dan jumat merupakan rutinitas The Jakmania baik itu pengurus maupun anggota untuk melakukan kegiatan berkumpul bersama membahas perkembangan The Jakmania serta laporan-laporan dari setiap bidang kepengurusan.
Pada awalnya, anggota The Jakmania hanya sekitar 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat, yaitu Gugun Gondrong yang merupakan sosok paling ideal di saat itu. Meski dari kalangan selebritis, Gugun tidak ingin diberlakukan berlebihan. Ia ingin merasa sama dengan yang lain. Nah sekarang coba tebak sudah berapa anggota Jakmania?
Sekarang agama ini tidak kecil. Penganutnya, 70.000 anggota dari 50 Korwil, belum termasuk simpatisan. Perangkat ibadah mereka sederhana: kartu anggota, seperangkat atribut oranye, selendang, dan boneka Tiger yang disulap jadi Macan Kemayoran.
Tapi kecintaan mereka tidak sesederhana itu. Kecintaan mereka persis seperti pengabdian beragama. Ibadah mereka tidak hanya di lapangan, tapi 24 jam. Jakmania ada dalam setiap lini kehidupan anggotanya.
Setiap gerakan adalah oranye, kaos mereka oranye, rumah mereka oranye, pajangan mereka oranye, mainan anak mereka macan oranye, tembok sekitar rumah mereka oranye, skuter mereka oranye, sepeda mereka oranye. Mereka berkumpul di sekertariat Jakmania. Mereka main bola dengan Jakmania, karaoke dengan Jakmania, nonton film dengan Jakmania, pacaran dengan Jakmania. Mereka mengidolakan Persija. Mereka pergi nonton Persija di Senayan. Mereka pergi nonton Persija di Karawang, di Lamongan, di Palembang. Mereka naik atap metro mini demi Persija. Mereka tawuran demi Persija. Mereka membunuh demi persija. Mereka menikah dengan Jakmania, perkawinan yang berwarna oranye menyala.
Bagi mereka, The Jak adalah identitas, karakter, kekasih. The Jak adalah hidup dan mati. Karena apa? “karena gue anak Jakarta,” jawab mereka sederhana. Bahkan ketaatan mereka dikisahkan dalam satu slogan pendek, janji yang mereka nyanyikan dengan lantang di setiap ritual pertandingan: Persija sampai mati.
Bukti kesetiaan mereka pada Persija sudah banyak mereka tunjukkan, walaupun citra mereka kurang baik di masyarakat lantaran sering terlibat tawuran sesama suporter Tim sepak bola lain. Tapi mereka boleh bangga sebagai Oranye sejati, soalnya prestasi mereka sebagai pengikut Agama Persija sudah terbukti, yakni:
  • 2003 - Supporter favorit dalam Sepak Bola Award - ANTV
  • 2008 - Supporter Terbaik dalam Liga Indonesia
Dengan predikat supporter terbaik Jakmania terus belajar untuk bisa menjadi yang terbaik, karena ada kalanya untuk mempertahankan yang baik itu susah daripada merebutnya. Maka Jakmania selalu membuat program-program yang nantinya bisa menjadi sarana anggota menggali kreatifitasnya dan mengangkat citra Jakmania makin bagus di masyarakat dan menjadi supporter modern, lugas dan inovatif.
Barangkali Jakmania perlu berkaca pada suporter Slemania, yang mempunyai slogan, “Slemania Edan Tapi Sopan” tampaknya memang layak diapresiasi karena pada 2004 mendapat penghargaan sebagai suporter terbaik. Itu sebabnya, tidak heran, saat melintasi wilayah DI Yogyakarta, kereta api luar biasa sempat disambut suporter PSS Slemania. Mereka memberi para bonek minuman kemasan, rambutan, dan semangka.

Secara sosiologis, keramahan, ketertiban, dan kesopanan Slemania dapat dibenarkan. Menurut penelitian Wahyudiyono (2004) basis kulutural sangat mempengaruhi kejiwaan masing-masing suporter. Ia membuat komparasi antara kelompok suporter Slemania dan Panser Biru Semarang. Alhasil, Slemania yang berasal dari masyarakat Yogyakarta dengan kultur yang agraris, non-industrial, dan memiliki loyalitas secara kultural terhadap kraton yang memegang nilai-nilai Jawa yang kuat.

Saya sendiri hanya netral menanggapi itu, soalnya setiap orang pasti punya pilihan dan setiap pilihan pasti ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Saya tidak bisa bilang begini salah atau begitu salah karena setiap orang mempunyai tujuan hidup masing-masing, dan biarkan mereka menjalani hidupnya dengan caranya sendiri selama itu tidak menyalahi aturan yang berlaku di masyarakat. Ada satu ungkapan dari anak Jakmania :

Tinggalkan ras, tinggalkan suku
Satu Tekad dukung PERSIJA
Dibawah bendera Jakmania....

Gue Anak Jakarta yang lahir dari Etnis Sunda,
Tapi Sudah Merasa Jakarta
Gue Lahir di Jakarta
Gede di Jakarta
Dukung PERSIJA JAKARTA
Sampe mampus di Jakarta


Wassalam